Rabu, 28 Mei 2025

BAB 7 PAI ILMU KALAM KELAS XII



ILMU KALAM


      1. Pengertian Ilmu Kalam  
 
       Istilah ilmu kalam terdiri dari dua kata ilmu dan kalam. Kata ilmu kalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung arti pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu. Adapun kata kalam berasal dari bahasa Arab yang berarti kata kata, pembicaraan. Dalam pengertian pembicaraan yang bernalar dan menggunakan logika. Maka ciri utama iImu kalam adalah rasionalitas dan logis. Sehingga ilmu kalam sangat erat hubungannya dengan ilmu mantiq/ logika. Istilah lain dari ilmu kalam adalah theologi Islam.  
     
    Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam secara etimologi (bahasa) adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan keagamaan (agama Islam) dengan bukti yang meyakinkan. Di  samping itu ilmu kalam juga disebut sebagai ilmu yang membahas soal-soal keimanan. Ilmu kalam secara terminology adalah suatu ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argument logika dan ilsafat, di sebut juga dengan ilmu tauhid. Beberapa ahli mendeinisikan tentang ilmu kalam sebagai berikut:  
  
    1) Syekh Muhammad Abduh
    Menjelaskan ilmu kalam sebagai suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah Swt, sifat-sifat wajib yang ada bagi-Nya, sifat-sifat jaiz yang disifatkan bagi-Nya, dari sifat-sifat yang tidak ada bagi-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada dirinya, hal-hal jaiz yang dihubungkan pada diri mereka, dan hal-hal terlarang yang dihubungkan kepada diri mereka. 
     2) Al-Farabi 
    Mendeinisikan ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang membahas dzat dan sifat Allah Swt. beserta eksistensi semua yang mungkin, mulai yang berkenaan dengan masalah setelah kematian yang berlandaskan doktrin Islam. Penekanan akhirnya adalah menghasilkan ilmu ketuhanan secara ilosois. 
     3) Ibnu Khaldun 
      Mendeinisikan iIlmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang diperkuat dalil-dalil rasional. 
     4) Musthafa Abdul Raziq 
   Berpendapat bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang bersandar kepada argumentasi-argumentsi rasional yang berkaitan dengan aqidah imaniah, atau sebuah kajian tentang aqidah Islamiyah yang bersandar kepada nalar. 
      
    Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam adalah ilmu yang membahas berbagai masalah ke Tuhan-an dengan menggunakan dasar-dasar naqliyah, maupun argumentasi rasional (aqliyah). Argumentasi naqliyah berupa dalil-dalil Al-ur’an dan hadis. Sedangkan argumentasi aqliyah artinya menggunakan landasan pemahaman berikir rasional dengan metode berikir ilsafat. 
 
2. Ruang Lingkup Ilmu Kalam
   Adapun ruang lingkup pembahasan ilmu kalam mencakup beberapa hal, yaitu:

a) Ilahiyah
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt., seperti wujud Allah Swt., nama-nama dan sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan Allah (af’al), dan lain sebagainya.

b) Nubuwat
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk kitab-kitab Allah, mukjizat, karomah, dan hal-hal terkait lainnya.

c) Ruhaniyah
Pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik, seperti malaikat, jin, iblis, setan, roh, dan lain sebagainya.

d) Sam’iyyat

Segala sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui dalil sam’i (dalil naqli berupa Al-Qur’an dan Sunnah), seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka, dan lain sebagainya.  

 3. Sumber-sumber Ilmu Kalam

a. Al-Qur’an
Sebagai sumber utama ilmu kalam, Al-Qur’an banyak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan. Di antaranya:

  1. Q.S. al-Ikhlas: 1–4
    Menunjukkan bahwa Allah Swt. Maha Esa.

  2. Q.S. asy-Syura: 11
    Menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.

  3. Q.S. al-Furqan: 59
    Menunjukkan bahwa Tuhan yang Maha Penyayang bertahta di atas ‘Arsy. Dia pencipta langit, bumi, dan segala yang ada di antara keduanya.

  4. Q.S. al-Fath: 10
    Menunjukkan bahwa Tuhan memiliki "tangan" yang berada di atas tangan orang-orang yang setia pada janji kepada-Nya.

  5. Q.S. al-Maidah: 117
    Menunjukkan bahwa Tuhan memiliki “mata” untuk mengawasi seluruh gerak makhluk-Nya, termasuk gerakan hati.

    Ayat-ayat tersebut berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan, dan eksistensi Tuhan. Namun, penjelasan rinciannya tidak disebutkan secara eksplisit, sehingga para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Oleh karena itu, pembicaraan tentang ketuhanan ini kemudian disistematisasikan menjadi sebuah ilmu yang dikenal sebagai ilmu kalam.

b. Hadis
    Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam berbagai hadis, terutama yang menjelaskan tentang iman, Islam, dan ihsan. Beberapa hadis bahkan dipahami sebagai prediksi Rasulullah Saw. mengenai kemunculan berbagai golongan dalam umat Islam, antara lain:

Hadis dari Abu Hurairah r.a. menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Orang-orang Yahudi akan terpecah belah menjadi 72 golongan.”

Hadis lain dari Abdullah bin Umar r.a. menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Akan menimpa umatku apa yang telah menimpa Bani Israil. Bani Israil terpecah menjadi 72 golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu.”
Ketika ditanya, “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab:
“Mereka yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.”

    Syaikh Abdul Qadir menjelaskan bahwa hadis-hadis ini memiliki sanad yang banyak dan diriwayatkan dari berbagai sahabat seperti: Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Darda, Jabir, Abu Sa’id al-Khudri, Ubay bin Ka’ab, Abdullah bin Amr bin al-Ash, Abu Umamah, dan Watsilah bin al-Asqa’. Ada juga riwayat yang hanya sampai kepada sahabat, namun memiliki makna serupa.

c. Pemikiran Manusia
    Sumber lain ilmu kalam adalah pemikiran manusia, baik yang berasal dari umat Islam sendiri maupun dari luar Islam. Al-Qur’an mendorong manusia untuk berpikir dan menggunakan akal melalui redaksi seperti: tafakkur, tadabbur, tafaqqah, ‘aqala, nazhar, fahima, ulul albab, ulul ilm, ulul abshar, dan ulun nuha.

Contoh ayatnya:
Q.S. at-Thariq: 5–7

“Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan. Dia diciptakan dari air yang memancar, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.”

    Ayat-ayat lainnya yang relevan dapat ditemukan dalam:
Surah Muhammad: 24, An-Nahl: 68–69, Al-Isra’: 44, Al-An’am: 97–98, At-Taubah: 122, Shad: 29, Az-Zumar: 9, Adz-Dzariyat: 47–49, dan Al-Ghasyiyah: 7–20.

    Pemikiran manusia juga terwujud dalam upaya golongan Mu’tazilah yang menggunakan pendekatan rasional dalam membela Islam dan membantah pemikiran lawan-lawannya. Mereka banyak menggunakan logika dan filsafat Yunani sebagai alat bantu. Tokoh seperti An-Nadham dan Abu al-Hudzail al-‘Allaf mempelajari pemikiran Aristoteles dan mengadaptasinya untuk argumentasi teologis Islam.

d. Insting (Naluri)
    Insting manusia juga menjadi salah satu sumber awal dari kesadaran akan adanya Tuhan. Contohnya, ketika seseorang bermimpi dan bertemu atau berbicara dengan orang lain (bahkan dengan yang telah meninggal), ia tetap sadar bahwa tubuhnya tidak berpindah. Ini membentuk intuisi bahwa ada kehidupan non-fisik atau keberadaan roh.

    Dari pemahaman terhadap roh, manusia kemudian melakukan pemujaan terhadap roh, matahari, benda-benda langit, dan sebagainya. Dengan demikian, kepercayaan terhadap adanya Tuhan secara instingtif telah berkembang sejak manusia pertama.

    William L. Reese menyatakan bahwa ilmu tentang ketuhanan (theology) telah berkembang sejak lama, bahkan berasal dari mitos, yang kemudian menjadi natural theology (teologi alam) dan revealed theology (teologi wahyu).


Metode Ilmu Kalam

Ilmu Kalam menggunakan dua pendekatan utama:

  • Dalil Naqli: Berdasarkan teks agama (Al-Qur’an dan Hadis).

  • Dalil Aqli: Berdasarkan argumentasi rasional dan logika.

Dari sini muncullah dua corak pemikiran kalam:

  1. Kalam Rasional

  2. Kalam Tradisional


Tujuan Ilmu Kalam

a) Menolak akidah yang sesat dengan memberikan penjelasan logis dan argumentatif.
b) Menguatkan landasan keimanan dengan pendekatan filosofis agar Islam dapat dipahami secara rasional, bukan hanya dogmatis.
c) Meneguhkan sistem nilai Islam: iman (akidah), Islam (syariat), dan ihsan (akhlak).
d) Menjawab tantangan teologi dari agama lain yang bisa merusak akidah umat Islam, terutama di masyarakat yang majemuk.


Manfaat Ilmu Kalam

Manfaat mempelajari ilmu kalam terhadap keimanan seorang Muslim antara lain:

  1. Memperkuat keyakinan dan akidah berdasarkan pemahaman yang mendalam.

  2. Memberi kemampuan untuk membela agama dari tuduhan atau keraguan pihak lain.

  3. Menanamkan sikap kritis dan rasional dalam memahami ajaran Islam.

  4. Membantu umat Islam memahami perbedaan dalam masalah akidah dengan lebih bijak dan ilmiah.

  5. Menjadi dasar dalam menjelaskan Islam kepada masyarakat luas, termasuk non-Muslim.


a. Memperkuat Dasar Pengetahuan tentang Islam Seperti irman Allah Swt berikut: 

وَلَقَدْ جِئْنَٰهُم بِكِتَٰبٍ فَصَّلْنَٰهُ عَلَىٰ عِلْمٍ هُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ 
 
Artinya: “Sungguh, Kami telah Mendatangkan Kitab (Al-ur’an) kepada mereka, yang Kami Jelaskan atas dasar pengetahuan, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. al A’raf: 52) 
    Dengan mempelajari ilmu kalam maka tidak akan tercampur atau menjadi tercampur antara keimanan dan kesyirikan, karena kita telah mengetahui apa perbedaan antara seorang muslim yang beriman, kesyirikan dan kekairan yang tidak meyakini hukum Allah.

  b. Tidak Mudah Melenceng dari Ajaran Agama Perhatikan irman Allah Swt. berikut:

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟   أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ

     Artinya:”Allah Pelindung orang yang beriman. Dia Mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kair, pelindung pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya. (Q.S. al-Baqarah: 257) 
     Dengan mempelajari ilmu kalam pula, sebagaimana disampaikan dalam ayat di atas, tentu seseorang tidak mudah melenceng dari ajaran agama. Hal ini sebagaimana Allah sebagai pelindungnya dan juga terdapat jelas perbedaan antara perilaku kekairan dan kemusyrikan. Tinggal manusia saja mau melaksanakannya atau tidak.

c. Dapat Menerapkan secara Konsisten Amalan Islam Perhatikan irman Allah Swt. berikut:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

    Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (Q.S. al-Ahqaf: 13) 

     Mempelajari ilmu kalam dalam Islam juga tentu membuat kita tetap istikamah dalam jalan Allah, hal ini karena telah dipekrkuat dengan ilmu Islam dan dasar-dasar pengetahuan sebagai pondasi keimanannya. Tentu tidak akan mudah retak dibanding yang hanya sekedar meyakini tanpa dasar ilmu pengetahuan yang dapat dipertanggungjawabkan.

        Pembahasan lebih lanjut lihat di video di bawah ini :


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar